Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer
iklan space 728x90px

SehatQ.com Ajak Masyarakat Peduli Terhadap Usus Buntu Melalui Artikel-artikelnya


Penyakit usus buntu yang tidak sedikit diderita oleh orang dewasa pula bisa dialami oleh anak-anak. Kasus nyeri perut pada anak paling banyak berakhir pada penyakit usus buntu. Keseringan usus buntu pada anak umumnya dialami pada usia 6 hingga 9 tahun.

Sebuah tulisan di website SehatQ.com menyatakan, usus buntu pada anak adalah penyakit di mana terjadi proses sumbatan di pangkal appendix dan kemudian menyebabkan inflamasi (radang). Usus buntu yang dialami pada anak umumnya dicirikan dengan kerap batuk, pilek dan amandel sebagai penyebab predisposisi. Di ujung appendix anak pengidap usus buntu ada jaringan limfoid yang seperti jaringan amandel di tenggorokan. Peradangan yang terjadi di jaringan limfoid inilah yang mengakibatkan lumen di pangkal appendix mengecil yang menyebabkan terhambatnya cairan yang dikeluarkan oleh usus buntu.

Keadaan yang tidak biasa inilah yang menyebabkan penimbunan sisa cairan asal usus buntu menjadi fecalith dan akhirnya jadi sumbatan. Penyumbatan fecalith di usus buntu awalnya dirasakan penderita dengan mengalami nyeri hilang-timbul (kolik) pada saluran berongga yang dirasakan di daerah ulu hati dan umbilikus epigastrium.

Fecalith yang berangsur-angsur penuh akan mengakibatkan penyumbatan total, sehingga cairan tidak dapat keluar dan penderita akan merasakan sakit di bagian kanan bawah akibat rangsangan peritoneum (lapisan tipis di dinding perut yang melapisi organ-organ perut). Maka dari itu diperlukan tanggapan yang cepat dalam menanggulangi kejadian usus buntu.

Kondisi yang berlarut-larut dapat mengakibatkan fecalith menumpuk, merusak dinding usus buntu hingga pecah (.appendicitis perforasi) dan menyebabkan peritonitis atau peradangan pada peritoneum. Pengidap yang sudah memasuki pada taraf ini umumnya mengalami nyeri pada keseluruhan bagian perut.

Apa Saja Gejala Usus Buntu
Gejala awal yang dirasakan anak yang terserang usus buntu umumnya dicirikan dengan menurunnya selera makan, muntah dan mual gara-gara kolik di area epigastrium. Gejala ini akan hilang seiring dengan aktivitas anak. Gejala im kerap lepas dari perhatian kita. Terkadang kita menganggapnya sebagai penyakit lambung atau telat makan saja. Kita harus tetap memberikan perhatian khusus pada gejala ini.

Fase yang lebah lanjut yang patut kita waspadai yaitu apabila anak telah merasakan nyeri di bagian kanan bawah atau seluruh perut. Pada taraf ini orang tua mesti secepatnya membawa anak untuk menjalankan check up lebih lanjut sebab anak kemungkinan tertular usus buntu.

Disamping itu, usus buntu pada anak pun bisa dikarenakan oleh tidak selesainya BAB (Buang Air Besar). Pengaruh eksternal semisal aktivitas gadget yang sedang tren, membuat anak malas berkativitas dan memengaruhi intensitas BAB anak. Penimbunan feses yang menjadi busuk di dalam usus besar lantaran pola defekasi anak yang buruk juga merupakan penyebab dialaminya usus buntu terhadap anak.

Tindakan Pemeriksaan
Memang sangat awam membedakan nyeri perut biasa dengan nyeri akibat gelap usus buntu pada anak. Untuk itu anak dianjurkan untuk melakukan USG abdomen untuk melihat kondisi organ berongga dan usus buntu. Bila memang nyeri yang dialami anak gara-gara usus buntu, maka dilaksanakan foto polos abdomen guna mengenali perselubungan pada saluran usus buntu yang mampet. Terkadang perselubungan tak nampak kentara pada taraf foto di atas sehingga anak bisa melaksanakan CT-Appendikogram atau appendikogram menurut  keperluan untuk mengetahui rincian lebih nyata.

Tuntaskan dengan Tindakan Bedah
Langkah bedah disarankan oleh pihak dokter untuk penanggulangan usus buntu yang terjadi pada anak. Kondisi usus buntu dengan level-level tertentu pasti memiliki penindakan yang berbeda-beda, dan sesuai dengan pertimbangan keluarga. Tetapi sebaiknya dilakukan pembedahan sehingga penyakit dapat sembuh secara tuntas. Orangtua yang bertanggung-jawab sepenuhnya pada anak mesti selalu mengontrol keadaan anak. Kesehatan anak, pola makan dan proses defekasi anak harus mendapat perhatian khusus.

Orangtua dapat menyiasati pola makan yang baik untuk anak, seperti mengurangi makanan berserat untuk mengurangi massa feses, dan menambah jumlah asupan buah dan banyak minum untuk mempermudah BAB. Cara ini sangat efektif untuk memperlancar proses defekasi pada anak.

Semoga artikel ini bermanfaat bagi Anda dalam upaya menjaga organ usus agar selalu sehat sehingga berfungsi secara optimal.

Maman Malmsteen
Maman Malmsteen Aktif menulis sejak tahun 1986 di media massa. Menjadi announcer di Radio Fantasy 93,1 FM sejak tahun 1999. Menjadi Blogger sejak tahun 2010. Sekarang aktif sebagai Content Writer untuk beberapa Blog/Website.
Follow Berita/Artikel Serambi Bisnis di Google News