Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer
iklan space 728x90px

Tips Membangun Pola Komunikasi Keluarga


SerambiBisnis.com - Berbicara mengenai komunikasi dalam keluarga sebetulnya susah-susah gampang. Banyak orangtua yang lebih senang mendengar suaranya sendiri ketika berbicara daripada mendengarkan anak-anaknya untuk berbicara. Dalam membina keluarga, komunikasi merupakan suatu yang penting untuk dibina sehingga setiap anggota keluarga akan memiliki keterikatan satu sama lain (bonding) serta saling membutuhkan. Adapun yang disebut sebagai komunikasi keluarga itu merupakan komunikasi antara suami istri, orangtua, dan anak. Dalam komunikasi keluarga, masing-masing pihak diharapkan dapat saling memahami dan akan membentuk saling pengertian satu sama lain. Komunikasi adalah hal utama dalam pengasuhan anak.

Terbangunnya komunikasi keluarga yang baik, orangtua sebagai pengambil keputusan tertinggi, haruslah memiliki keterampilan berkomunikasi. Keterampilan-keterampilan yang harus dimiliki, di antaranya keterampilan berbicara, mendengar pembicaraan, merespons secara positif, memahami pembicaraan pasangan, mimik wajah dan ekspresi dalam komunikasi. Semua itu pada dasarnya dapat dipelajari. Namun, pembelajaran yang terbaik adalah mempraktikkannya. Kendala keterampilan komunikasi ini muncul karena malas untuk memulai dan melakukannya.

Pada dasarnya, pola komunikasi keluarga dapat dilakukan dengan berbagai cara. Ada yang bersifat satu arah, dua arah, atau timbal balik. Ada pun bentuk-bentuk komunikasi dalam keluarga, memiliki empat pola komunikasi. Komunikasi keluarga yang terdiri atas pola persamaan (equality pattern), pola seimbang-terpisah (balance split patern), pola tak seimbang-terpisah (unbalance split pattern), pola monopoli (monopoly pattern).

Pola komunikasi persamaan, tiap individu dalam keluarga memiliki hak yang sama dalam kesempatan berkomunikasi dan berkeputusan. Peran tiap orang dijalankan secara merata. Komunikasi berjalan dengan jujur, terbuka, langsung, dan bebas dari pembagian kekuasaan.

Pola komunikasi seimbang terpisah, yaitu kesetaraan hubungan tetap terjaga, namun setiap orang dalam keluarga memiliki peran masing-masing. Konflik yang terjadi dalam keluarga tidak dipandang sebagai ancaman karena tiap individu memiliki area masing-masing dan keahlian sendiri-sendiri.

Pola komunikasi tak seimbang terpisah, artinya dalam keluarga salah satunya mendominasi. Satu orang inilah yang memegang kontrol karena dianggap memiliki keunggulan dari segi intelektual, bijaksana, dan memiliki pendapatan lebih kuat. Pola komunikasi monopoli, ketika satu orang dalam keluarga memiliki kekuasaan penuh dan yang lain harus tunduk dan patuh.

Pengetahuan mengenai bentuk pola komunikasi yang dimiliki sebuah keluarga akan mempermudah evaluasi dalam mempraktikkannya. Pola komunikasi mana yang paling dominan terbangun dalam keluarga akan berdampak pada cara interaksi sesama anggota keluarga.

Setiap keluarga harus memiliki peran yang besar dalam mengajarkan, membimbing, menentukan perilaku, dan membentuk cara pandang anak terhadap nilai-nilai. Salah satunya, bagaimana sikap dan perilaku dapat diubah dengan adanya komunikasi, dari buruk menuju baik, atau sebaliknya, dari baik bisa saja menjadi buruk, seperti kasus bullying yang terjadi di sekolah.

Untuk kembali membangun hubungan komunikasi yang mulai kaku, dapat dilakukan beberapa langkah. Salah satunya, membangun iklim psikologis yang nyaman dalam keluarga. Jika iklim itu sudah terbangun, keterlibatan emosi dalam berinteraksi sudah lebih solid. Kondisi itu diharapkan akan mempermudah terbangunnya hubungan timbal balik di antara semua anggota keluarga dan berujung pada kesadaran seluruh anggota keluarga untuk mengubah diri.

Beberapa cara komunikasi yang sehat mungkin dapat dijadikan rujukan dalam membangun pola komunikasi keluarga yang lebih baik, di antaranya:
  • Meluangkan waktu, ini menjadi langkah awal ketika anak merasa dianggap sebagai individu penting dalam keluarga.
  • Jadilah pendengar yang baik, melakukan komunikasi yang penuh dengan empati, merasakan apa yang dirasakan anak.
  • Komunikasi dua arah, memberikan ruang untuk melakukan komunikasi timbal-balik
  • Hindari pertanyaan yang bertubi-tubi dan bersikap tenang sehingga anak akan merasakan nyaman dan dihargai.
  • Meminta maaf, ketika mengatakan sesuatu yang mungkin kurang pas.

Ada pun beberapa hal yang sebaiknya dihindari, di antaranya, menyalahkan, membandingkan, meremehkan, mengancam, menasihati berlebihan, memerintah, menyindir, dan mengkritik.

Semoga dengan uraian di atas akan mempermudah Anda dalam memperbaiki diri dalam pola komunikasi di keluarga.

Maman Malmsteen
Maman Malmsteen Aktif menulis sejak tahun 1986 di media massa. Menjadi announcer di Radio Fantasy 93,1 FM sejak tahun 1999. Menjadi Blogger sejak tahun 2010. Sekarang aktif sebagai Content Writer untuk beberapa Blog/Website.
Follow Berita/Artikel Serambi Bisnis di Google News