Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer
iklan space 728x90px

Benteng Gedong Dalapan, Objek Wisata Sejarah di Bandung yang Belum Terasah

SerambiBisnis.com - Pemerintah kolonial Belanda semasa penjajahan dan puncaknya pada 1920-an giat membangun bermacam gedung hingga benteng pertahanan dan tempat persembunyian. Bangunan itu kemudian menjadi rebutan semasa perang kemerdekaan, antara Belanda, Jepang, hingga dikuasai tentara Indonesia.

Salah satunya terletak di Cililin, Kabupaten Bandung Barat, terdapat benteng atau gedung persembunyian yang dinamakan Benteng Gedong Dalapan. Lokasinya tepatnya di atas perbukitan Pasir Gagak di Kampung Cigagak yang berdekatan dengan Kampung Cimalik, kawasan Desa Karanganyar, sekaligus berdekatan dengan aliran Waduk Saguling. 


Dulunya, gedung itu dibangun dengan memanfaatkan anak Sungai Citarum untuk mengangkut material-material bangunan, juga melibatkan warga lokal. Akses menuju ke lokasi masih terbilang sulit. Bisa melalui Cililin dengan menggunakan kendaraan beroda empat sekira 18 kilometer dari Alun-alun Cililin. Juga bisa melalui Kecamatan Cihampelas, menuju ke Kampung Bunder, Desa Tanjungjaya, menggunakan sepeda motor. Setelah Dermaga Bunder, perjalanan dilanjutkan dengan menyeberangi perairan Saguling menggunakan perahu. Pengunjung harus berjalan kaki untuk sampai ke benteng, menyusuri bukit selama kurang lebih 20 menit untuk sampai ke puncak. Perbukitannya tidaklah terlalu terjal. Sepanjang perjalanan, pengunjung dapat menikmati pemandangan khas perbukitan dan pemandangan indah Waduk Saguling Cililin yang memesona.

Bangunan benteng memiliki 8 ruangan dengan jumlah 8 pintu dan 16 jendela, sehingga benteng itu disebut Benteng Gedong Dalapan. Semua ruangan berukuran 2,5 meter x 3 meter persegi, yang masing-masing dihubungkan dengan pintu di dalamnya. Ada empat bangunan utama di kompleks benteng tersebut, tetapi rata-rata kondisinya rusak, retakan besar, dan penuh coretan pengunjung nakal.

Gedong Dalapan selain sebagai benteng pertahanan, bisa juga berfungsi sebagai markas, tempat persembunyian, bungker, tempat menyimpan senjata, juga eksekusi musuh-musuh kolonial. Hal itu dapat terlihat dengan lokasi bangunan di atas bukit yang sengaja ditutupi oleh tanah di atasnya, untuk kamuflase dari pantauan musuh.

Salah satu bangunan utama yang terdapat di depan, memanjang dari selatan ke utara menghadap ke arah timur. Tiga bangunan lain berada di belakang bangunan itu dan membentuk setengah lingkaran. Semua pintu dan jendela bangunan sudah tidak utuh dan tidak ada jeruji besi pada jendela. Retakan besar pada dinding bangunan cukup mengkhawatirkan pengunjung, meskipun bangunan dapat dimasuki.

Benteng berdiri di atas lahan seluas 20 hektare yang dimiliki oleh TNI, lahan di sekitarnya dimanfaatkan warga setempat untuk bercocok tanam. Banyaknya kerusakan dan sulitnya akses ke situs Benteng Gedong Dalapan, terlihat bahwa destinasi wisata itu belum tersentuh maksimal. Padahal, situs Benteng Gedong Dalapan bisa menjadi objek wisata sejarah dengan dukungan fasilitas yang memadai. [Sumber: E. Saepuloh/PRM/25022018]
Maman Soleman
Maman Soleman Aktif menulis sejak tahun 1986 di media massa. Menjadi announcer di Radio Fantasy 93,1 FM sejak tahun 1999. Menjadi Blogger sejak tahun 2010. Sekarang aktif sebagai Content Writer untuk beberapa Blog/Website.
Follow Berita/Artikel Serambi Bisnis di Google News