Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer
iklan space 728x90px

Digitalisasi UMKM Solusi Bertahan dan Tetap Produktif di Tengah Masa Pandemi


Wabah COVID-19 sudah berpengaruh besar terhadap UMKM (Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah) di berbagai negara Asia yang menyebabkan sektor usaha ini amat rentan sesudah pandemi global. Pandemi mendatangkan dampak signifikan ke nyaris semua sektor perekonomian di Indonesia, tak terkecuali UMKM yang menjadi 99,9% dari semua entitas bisnis yang bergerak di Indonesia dan menyerap tenaga kerja di tanah air sebesar 97%.

Menurut laporan Katadata sebelum pandemi COVID-19 merebak kondisi UMKM dalam keadaan cukup baik. Tetapi ketika terjadi COVID keadaan malah berbalik. Sebanyak 58,6%  UMKM ada dalam keadaan buruk. Kebanyakan UMKM itu pailit karena tak mempunyai pengetahuan teknologi, akses ke teknologi, ketahanan finansial, dan kapabilitas untuk mengadakan perubahan operasional guna menyiasati krisis pandemi. Sisanya sebanyak 14,1% UMKM masih bisa bertahan dalam kondisi baik

Walaupun tidak sedikit yang mengakui bahwa COVID-19 sudah mendorong proses digitalisasi UMKM, tetapi masih banyak tantangan yang akan dihadapi UMKM. 

Pengertian Digitalisasi UMKM

Digitalisasi UMKM adalah suatu upaya guna mendigitalkan pemasaran berbagai produk UMKM oleh pelaku UMKM. Secara sederhananya, di era dengan teknologi yang kian canggih sudah mempermudah para pelaku usaha dalam memasarkan dan menjual berbagai produknya secara online. 

Pelaku usaha bisa memasarkan produk-produknya di media-media sosial, malah dengan memberikan informasi titik lokasi pada peta yang ada di media sosial sehingga mempermudah pelanggan/konsumen untuk datang langsung ke tempat usaha. Sebagian pelaku usaha pun telah tak membutuhkan lagi lapak dagangan sebab perubahan cara penjualan lewat media sosial dan e-commerce sebagai ruang lapak baru.

Menuju upaya digitalisasi UMKM tentunya merupakan sebuah  target yang cukup sulit untuk diwujudkan. Banyak sekali hambatan yang mesti dilalui. Kendala yang timbul pun bisa dari berbagai sebab. Salah satu diantaranya adalah sebelum pandemi pola konsumsi barang dan jasa banyak dijalankan secara offline. Sementara sekarang ketika pandemi pola konsumsi barang dan jasa lebih banyak dilakukan dengan cara online. 

Fakta itu minimal menjadi suatu rujukan bila pola konsumsi masyarakat memang sudah mengalami sebuah perubahan. Melihat realita itu sejatinya menimbulkan berbagai permasalahan. Salah satu diantaranya ialah dari konsumen itu sendiri yang berhubungan dengan kemampuan dalam pemakaian aplikasi online. 

Sementara itu kalangan pelaku UMKM dapat dipastikan kesulitan dalam meraih target-target yang mesti dicapai ketika perekonomian terganggu. Perubahan pola itu seyogyanya diikuti oleh para pelaku UMKM (Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah) supaya bisa bertahan hidup dan dapat berkembang sehingga sanggup menghadapi krisis pandemi.

BRI dan Digitalisasi UMKM

Tetapi kita tak bisa memungkiri, digitalisasi UMKM ini tak lepas dari permasalahan. Dalam pada itu BRI melalui BRIAPI telah giat mendukung proses digitalisasi UMKM di Indonesia. Salah satunya dengan mendukung pengembangan Majoo. Majoo merupakan aplikasi wirausaha untuk pengembangan UMKM Indonesia yang mempunyai beragam fitur, seperti aplikasi CRM, inventory, sistem pembayaran, kasir, dan e-commerce yang terpadu dengan sejumlah marketplace. 

Digitalisasi UMKM ternyata bukan sekadar memanfaatkan teknologi untuk memasarkan produk. Lebih jauh digitalisasi UMKM memungkinkan pelaku UMKM untuk mengelola keuangan, memantau arus keuangan bisnis, sampai mendapatkan bahan baku secara online. Dengan demikian digitalisasi berfungsi penting bagi berlangsungnya proses bisnis UMKM secara menyeluruh.

House of Vandy’s merupakan salah satu contoh UMKM yang sukses melakukan digitalisasi bisnis secara baik. House of Vandy’s ialah UMKM yang memproduksi busana muslim berasal dari Kecamatan Beji, Kota Depok, Jawa Barat. Pada awal berdiri tahun 2014 lalu UMKM ini berperan sebagai perusahaan reseller baju-baju muslim. Namun sejalan dengan berjalannya sang waktu UMKM ini mempunyai produksi busana muslim dengan brand-nya sendiri yaitu Vandeesa.

Sejauh ini, penjualan busana muslim di House of Vandy’s dilakukan dengan cara konvensional. Namun hal itu berubah setelah pandemi Covid-19 merambah ke Indonesia semenjak awal tahun lalu. Vivi banyak mengikuti pelatihan-pelatihan untuk membuat copywriting yang menarik, meningkatkan kemampuan mengambil foto produk, menggunakan teknologi digital, dan mengelola keuangan dengan baik.

Tidak hanya sampai di situ, House of Vandy’s pun memajang berbagai produknya pada beberapa marketplace sehingga banyak pembeli mulai sadar dengan kehadiran mereknya di dunia virtual dan mulai mengunjungi lapak House of Vandy’s di sejumlah marketplace lantaran tertarik dengan tampilan produkn House of Vandy’s yang menawan. 

Kini saatnya mengintegrasikan bisnis Anda dengan BRIAPI. Open API besutan BRI ini memberikan sistem pembayaran yang terintegrasi dengan lebih baik. UMKM dapat menyediakan metode pembayaran cashless lewat produk uang elektronik BRIZZI dan metode pembayaran virtual account BRIVA yang bisa memperlancar proses transaksi konsumen. 

Maka dari itu UMKM perlu memanfaatkan produk-produk BRIAPI guna meningkatkan keunggulan dan keunikan bisnis dari pesaing sehingga selangkah lebih dekat dengan konsumen. Yuk mulai saat ini maksimalkan bisnis atau usaha Anda dengan digitalisasi UMKM.


Maman Malmsteen
Maman Malmsteen Aktif menulis sejak tahun 1986 di media massa. Menjadi announcer di Radio Fantasy 93,1 FM sejak tahun 1999. Menjadi Blogger sejak tahun 2010. Sekarang aktif sebagai Content Writer untuk beberapa Blog/Website.

Posting Komentar untuk "Digitalisasi UMKM Solusi Bertahan dan Tetap Produktif di Tengah Masa Pandemi"

Follow Berita/Artikel Serambi Bisnis di Google News