Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer
iklan space 728x90px

Sonya Morina Sukses Padukan Lukisan dalam Bisnis Fashion

SerambiBisnis.com - Berkarya pada bidang yang dicintai bukan hanya melahirkan kepuasan, tetapi juga keinginan untuk terus mengeksplorasi hal yang baru. Di tambah lagi, apresiasi dari orang lain pun seakan menjadi kejutan yang tak terduga.

Rasa cinta Sonya Morina jatuh kepada keindahan, terutama keindahan kain nusantara dengan motif-motifhya. Ia pun mengagumi keindahan bunga, bangau, dan panorama alam. Seluruh keindahan itu kemudian direkamnya melalui goresan lukisan di atas kain.

Keindahan itu pun menjelma menjadi busana yang juga indah dipandang. Keindahan berkali lipat yang membuat ibu tiga anak itu merasa bahagia untuk terus berkarya dalam dunia fashion. Meski memulai kreasi mendesain busana di usia yang dikatakannya tidak muda lagi, Sonya Morina tetap punya penggemar dari kalangan milenial. Finalis Gadis Sampul 1988 ini merupakan sosok Milea yang hadir dalam film Dilan karya Pidi Baiq.

Sonya sudah lama mencintai kain nusantara, apalagi tenun. Perempuan kelahiran Bandung, 26 Oktober 1973 ini sampai pergi ke kota-kota kecil seperti Mamuju untuk melihat proses tenun tradisional. Untuk batik, ia sempat belajar ke Batik Komar di Bandung dan ke perajin di Yogyakarta.

Ia pun mengenang bagaimana ia bisa melihat produksi kain tenun yang indah yang perajinnya hanya bisa menghasilkan beberapa lembar dalam sebulan. Namun, baginya, kain itu sangat tebal sebingga sulit untuk dikreasikan menjadi busana ready to wear.

Lalu, muncul keinginan untuk memodernisasi tenun menjadi lebih modern. Motif-motif tersebut ia lukis di atas kain sutra mentah warna putih. Ia buat sketsanya lalu digambar seperti membatik. Kalau batik menggunakan tinta panas, ia menggunakan tinta dingin atau guta, baru diwarnai. Lalu cuci, baru jemur.
Prosesnya pun belum selesai, karena ia harus mengatur pola kembali, kemudian digunting dan jahit. Proses lama yang sama dengan kain tenun kesukaannya. Akan tetapi, dari situ ia malah makin mencintai proses melukis di kain yang menjadi busana. Orang lain yang mengetahui prosesnya pun memberikan apresiasi lebih dari yang diharapkannya.

Alumnus Fakultas Hukum Universitas Parahyangan itu mulai terjun di bidang fashion sekitar 15 tahun yang lalu di garasi rumah orangtuanya. Dia berbisnis ritel fashion karena pada masa itu factory outlet (FO) sangat digemari.

Hal itu menimbulkan antusiasme lebih besar dalam bidang fashion sehingga ia mulai belajar secara online dan offline. Ia sempat mengikuti kontes dan pertukaran pendidikan bidang fashion dengan negara luar seperti Hongkong dan Prancis

Ia bersyukur, saat itu tidak melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi, karena bidang hukum memang bukan passion-nya, terlalu stagnan. Baginya life is meditation, jadi dalam hidup, ia selalu curious dan antusias dengan sesuatu yang baru. Yang membuat ia antusias adalah mendesain yang indah-indah.

Sepenuh hati 
Sonya yang senang sekali mendengarkan musik dan menonton film mengatakan, hasil lukisannya sebenarnya tidak sempurna, tetapi ia terus mencoba dan mencoba. Ia pun memberanikan diri terus berkreasi secara profesional karena memang mengerjakannya dengan sepenuh hati.

Apa yang dihasilkan dengan sepenuh hati, dikombinasikan pengetahuan dan keterampilan, hasilnya indah. Orang akan cenderung membeli produk yang dia bisa rasakan itu dikerjakan dengan sepenuh hati.

Seperti yang terjadi di awal kariernya melukis busana yang diapresiasi bangsawan Malaysia di Kuala Lumpur. Ia datang ke sana mengenakan busana karya sendiri dan sempat dikira motifnya adalah hasil cetakan tekstil. Saat dikatakan itu hasil lukis, sepasang datuk dan datin itu langsung memesan untuk pergelaran di sana. Bahkan, penyiar televisi swasta di sana juga mengenakan busana karyanya.

Ia pun bersyukur karena karyanya bisa menjadi promosi kekayaan budaya Indonesia. Meski lukisannya bukan melulu motif tenun, bisa bunga, bangau, dan pemandangan alam, tetapi ia sadar selalu ada warna dan goresan yang mewakili kekhasan nusantara. 

Inspirasinya pun dari mana saja. Museum bahkan disebutnya menjadi salah satu tempat yang bisa memberikan inspirasi. Ko-munikasi dengan banyak orang juga melahirkan ide-ide baru baginya.

Seperti juga bangau, yang dalam pandangannya begitu indah dan fleksibel. Beberapa karyanya termasuk yang hadir di Indonesia Fashion Week 2019, memperlihatkan lukisan bangau yang indah.

Maman Malmsteen
Maman Malmsteen Aktif menulis sejak tahun 1986 di media massa. Menjadi announcer di Radio Fantasy 93,1 FM sejak tahun 1999. Menjadi Blogger sejak tahun 2010. Sekarang aktif sebagai Content Writer untuk beberapa Blog/Website.
Follow Berita/Artikel Serambi Bisnis di Google News